Uji Kerusakan Minyak
Komponen
utama pembentuk minyak atau lemak adalah trigliserida. Bahan ini merupakan
hasil esterifikasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang menghasilkan
tiga molekul air dan satu molekul trigeliserida.
C3H5(OH)3 + RCOOH _ C3H5(COOR)3
+ 3H2O
Gliserol as. Lemak Trigliserida air
Disamping trigliserida,
secara alami minyak atau lemak juga mengandung digliserida dan monogliserida.
Kedua jenis ini terdapat secara alami pada minyak dan lemak. Kandungan air pada
minyak dan lemak mentah menyebabkan hidrolisa terhadap trigliserida membentuk
di dan mono gliserida dengan bantuan enzim lipase pada daging buah. Pembentukan
kedua bahan ini akan semakin erat bila suhu lingkungan semakin meningkat.
Demikian juga bila waktu hidrolisa bertambah. Reaksi kimia berikut menggambarkan tahap pembentukan di dan mono gliserida.
- trigliserida
+ air _ digliserida + as. Lemak bebas
C3H5(OOCR)3
+ H2O _ C3H5(OH)(OOCR)2 + RCOOH
- digliserida + air _ monogliserida +
as.lemak bebas
C3H5(OH)(OOCR)2 + H2O _ C3H5(OH)2(OOCR)
+ RCOOH
Berdasarkan reaksi di
atas, kandungan air pada minyak atau lemak dapat menyebabkan kandungan as.
Lemak bebas dan dua gliserida terakhir cendrung bertambah. Ini juga berarti
kandungan impuritis pada minyak dan lemak cendrung bertambah. (M. Yusuf ritonga, 2004).
Lemak
dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak
dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. (Bagus
syaputra, 2009).
Lemak
adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi
alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai
gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul
asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliseria,digliserida dan
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam
lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. R1-COOH, R2-COOH dan
R3-COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul
asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam
asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat. (Rizki rahadian, 2008).
Lemak
dan minyak dapat berasal dari hewani dan nabati. Lemak hewani, biasa disebut
lemak saja, memiliki sifat antara lain (1) mengandung banyak sterol yang biasa
disebut sterol saja; (2) umumnya pada suhu kamar berbentuk padat, seperti lemak
susu. Sedangkan lemak nabati, yang biasa disebut minyak, memiliki sifat antara
lain (1) banyak mengandung fitosterol; (2) banyak mengandung asam lemak tak
jenuh; (3) umumnya pada suhu kamar berbentuk cair, adakalanya juga berbentuk
padat dan dikenal juga dengan nama minyak coklat dan merupakan bagian stearin
dari minyak kelapa sawit (Winarno, 1992).
Penentuan
kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses
pengolahannya (ekstraksi) seperti ada tidaknya penjernihan (refining),
penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan
kualitas minyak ini juga berkaitan dengan tingkat kemurnian minyak, daya
tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Parameter
yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas ini semua dapat dilihat dari
sebearapa besar angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka
peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air. (Anonim, 2008).
Angka
Peroksida ditentukan untuk menentukan derajat ketengikan dengan mengukur
senyawa iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan dengan KI.
Lemak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan kloroform (2:1),
kemudian iodin yang terbentuk ditentukan dengan titrasi memakai Natrium
Thiosulfat. (Boy Arief Fachri, 2008)
Metode
ini mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Pengukuran
dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan iod dan dinyatakan sebagai mili
ekuivalen (meq) peroksida per kg minyak. Mengingat kadar peroksida bisa
terakumulasi cukup tinggi dan cepat terdegradasi dan bereaksi dengan zat lain
maka besarnya angka peroksida harus diterjemahkan dengan lebih hati-hati. Pada
angka peroksida tinggi jelas mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami
oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan
kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju
pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya
menjadi senyawa lain. Oleh karena itu pengukuran angka peroksida harus
dilakukan beberapa kali dalam interval waktu tertentu (Raharjo, 2004).
Prinsip
penentuan bilangan peroksida biasanya didasarkan pada pengukuran sejumlah iod
yang dibebaskan dari kalium iodida melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada
suhu ruang di dalam medium asam asetat atau kloroform. Sampel atau contoh
dipersiapkan sebelumnya yaitu berupa minyak atau lemak yang dioksidasi menggunakan
panas, oksigen, dan campuran keduanya. Minyak atau lemak yang digunakan antara
lain minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak ikan, lemak sapi, lemak ayam
dan minyak atau lemak lainnya. Pemanasan lemak atau minyak dilakukan pada suhu
150-180ºC selama 2-7 jam atau lebih, aerasi (pemberian udara) dilakukan pada
suhu 60ºC selama 40 jam atau lebih. Sedangkan kombinasi pemanasan atau aerasi
dapat dilakukan pada suhu 60-180ºC selama 2-7 jam.sebagai kontrol digunakan
lemak/minyak sayur. Bilangan peroksida dinyatakan dalam beberapa satuan yaitu
miliekuivalen per 1000 gram contoh, milimol per 1000 gram contoh, atau miligram
oksigen per 100 gram contoh minyak/lemak.
a.
miliekuivalen per 1000 gram contoh= A X N 1000/gram.
b.
milimol per 1000 gram contoh= 0,5 x N X B 100/gram
c.
miligram oksigen per 100 gram contoh= A X N x 8 100/gram
Dimana, A : ml
Na-Tiosulfat yang dipakai contoh dikurangi oleh ml Na-Tiosulfat yang dipakai
blanko N : normalitas Na-tiosulfatG : berat contoh minyak/lemak dalam gram
(Muchtadi, 1989).
Dalam
kondisi kerja yang normal tidak terjadi oksidasi astau penguraian. Akan tetapi
pada penggorengan secara biogas kondisi sangat tidak menguntungkan. Suhu tinggi
menyebabkan proses autooksidasi sangat dipercepat. Selain itu beberapa
perubahan lain terjadi dalam lemak goreng. Asam lemak bebas terbentuk pada arus
sekitar 1% (Demand, 1997).
Randemen
minyak dipengaruhi oleh tekanan pengepresan dan lama pemansan (penyangraian )
bahan kandungan asam lemak bebas minyak dipengaruhi oleh lama pemanasan bahan.
Rata-rata kandungan asam lemak bebas dari perlakuan pengepresan dan pemanasan
adalah 0,05% dibanding dengan Standar Kualitas Balai Penelitian kimia Bogor . Bilangan peroksida
yang terkecil diperoleh dari tekanan pengepresan. ( Jatmiko, 1998 ).
Posting Komentar untuk "Uji Kerusakan Minyak"