Komponen Utama Bahan Pangan
"Sang Landep"
Komponen
utama bahan pangan yaitu : air, protein, karbohidrat dan lemak. Disamping itu
juga mengandung zat anorganik dalam bentuk mineral dan komponen organik
misalnya vitamin, asam, antioksida, pigmen dan komponen cita rasa. Jumlah
masing-masing komponen berbeda-beda tergantung sifat alamiah bahan.
Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Fungsi air
tidak pernah dapat tergantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen
yang penting pada bahan pangan karena air dapat mempengaruhi tekstur,
penampakan serta cita rasa. Bahkan dalam makanan kering sekalipun seperti buah
kering, tepung serta biji-bijian masih terkandung air dalam jumlah tertentu.
Air memang bukan merupakan sumber nutrien, namun sangat esensial dalam kelangsungan
proses biokimiawi organisme hidup.
Semua
bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu nabati
maupun hewani. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa
metabolisme serta sebagai media reaksi berbagai senyawa kimia. Air dalam bahan
pangan berupa kristal yang akan terhisap pada bagian permukaan dalam jumlah
sedikit. Dalam jaringan tumbuhan dan hewan mengandung air yaitu 90% daun
mengandung air dan 50-65% daging mengandung air. Pada tumbuhan dan hewan air berada
dalam sirkulasi cairan misalnya dalam darah dan limfa dan antara 2 sel terdapat
di bagian cairan intraseluler dan cairan antar sel.
Air
merupakan komponen bahan pangan yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis bahan pangan. Pada
perubahan fisik bahan pangan, maka perubahan air akan mempengaruhi tekstur.
Pada proses mikrobiologis, peranan air sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Pada proses kimiawi dalam bahan pangan, air sangat
penting sebagai pelarut sebagai reaktan
reaksi hidrolisis, sebagai reaksi produk kondensasi dan sebagai modifikator
aktivitas katalisator dan inhibitor.
Disamping
itu sifat-sifat air dapat dikorelasikan dengan aktivitas air (Aw). Nilai Aw
bukan kadar air, tetapi merupakan nilai batas terendah dari air yang tersedia
untuk pertumbuhan mikroba. Jenis mikroba yang berbeda membutuhkan jumlah air
yang berbeda pula untuk pertumbuhannya. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada
Aw 0,91, jamur pada Aw 0,7-0,91 dan kapang lebih rendah lagi.
Air juga
sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Hal ini merupakan salah satu
alasan mengapa dalam pengolahan pangan air sering dikeluarkan atau dikurangi
dengan cara penguapan atau pengentalan dan pengeringan. Pengeluaran air selain
mengawetkan juga untuk mengurangi besar dan berat bahan pangan sehingga
memudahkan dan menghemat pengepakan.
Kandungan
air sangat berpengaruh terhadap konsistensi bahan pangan, dimana sebagian besar
bahan pangan segar mempunyai kadar air lebih dari 70%. Sebagai contoh
sayur-sayuran dan buah-buahan segar mempunyai kadar ar 90-95%, susu 85-90%,
ikan 70-80%, telur 70-75% dan daging 60-70%. Umumnya keawetan pangan
berhubungan erat dengan kadar air yang dikandungnya. Beberapa jenis biji-bijian
yang diperdagangkan mempunyai kadar air tertentu misalnya beras 14% atau kacang
kedelai 8%. Pada kadar air tersebut beras dan kacang kedelai mempunyai keawetan
dan daya simpan lebih lama dibandingkan dengan keadaan segarnya pada kadar air
yang lebih tinggi.
Dalam
bahan pangan air dalam bentuk air bebas dan air terikat. Air bebas mudah
dihilangkan dengan cara penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sukar
dihilangkan dari bahan pangan tersebut meskipun dengan cara pengeringan.
Kadar air
pada permukaan bahan pangan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara
sekitarnya. Jika kadar air rendah, sedangkan RH tinggi, maka akan terjadi
penyerapan uap air dari udara hingga bahan menjadi lembab atau kadar airnya
lebih tinggi. Jika suhu bahan pangan lebih rendah dibanding sekitarnya, maka
akan terjadi kondensasi uap air udara pada permukaan bahan dan dapat merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Terjadinya kondensasi tidak
selalu berasal dari luar bahan pangan. Dalam pengepakan, beberapa bahan seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menghasilkan air dari respirasi dan
transpirasi. Air inilah yang dapat membantu pertumbuhan mikroba.
Bahan
pangan kering juga dapat menghasilkan air, misalnya jika suhu naik selama
pengepakan. Akibatnya kelembaban nisbi pada permukaan akan berubah. Uap air ini
kemudian dapat berkondensasi pada permukaan bahan pangan terutama jika suhu
penyimpanan turun.
2. Protein
Protein
merupakan salah satu kelompok makronutrien. Tidak seperti makronutrien lainnya
(karbohidrat dan lemak) protein berperan lebih penting dalam pembentukan
biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein dapat juga dipakai sebagai sumber energi.
Kandungan energi protein rata-rata 4 Kkal/g atau setara dengan kandungan energi
karbohidrat. Disamping dapat sebagai sumber energi, protein sangat penting karena merupakan sumber asam-asam amino
karboksilat. Zat ini diperlukan tubuh untuk membentuk protein baru. Umur
protein dalam tubuh manusia tergantung fungsinya, misalnya protein darah hanya
beberapa hari, sedangkan protein otot kira-kira sebulan.
Protein
memiliki bermacam-macam fungsi bagi tubuh diantaranya sebagai enzym, zat
pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut dan lain-lain. Hampir
semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul
spesifik yang disebut enzym mulai dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbohidrat sampai reaksi yang sangat rumit seperti
replikasi kromosom. Hampir semua enzym menunjukkan daya katalitik yang luar
biasa, dan biasanya dipercepat oleh suatu reaksi sampai beberapa juta kali.
Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam suatu sistem
biologis yang menimbulkan penganekaragaman.
Kadar
protein dalam bahan pangan menentukan mutu bahan pangan tersebut. Pada tubuh
hewan protein terdapat dalam otot daging, kulit, kuku dan rambut. Sedangkan
pada tanaman protein terdapat dalam biji, daun, buah dan rhizoma. Protein juga
merupakan penyusun utama enzym-enzym dan antibodi serta cairan-cairan tubuh
seperti darah, susu dan putih telur.
Protein
sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu makhluk. Sebagai contoh setiap
orang membutuhkan 1 gram per kg BB per hari. Seperempat dari jumlah protein
tersebut sebaiknya berasal dari protein hewani. Jadi misalnya seorang dengan BB
50 kg, memerlukan 50 g protein per hari, maka sebanyak 12,5 g berasal dari
protein hewani. Satu gram protein dapat menghasilkan 4 kalori.
Molekul
protein terutama disusun oleh atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan
nitrogen (N). Sebagian protein mengandung sulfur (S) dan fosfor (P). Protein
dibentuk oleh satuan-satuan asam amino yang membentuk polimer sehingga
merupakan senyawa yang panjang. Molekul asam amino mempunyai gugus amino (-NH2)
yang bersifat basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam. Keadaan
tersebut memungkinkan asam amino dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa.
Gugus karboksil dari asam amino berikatan dengan asam amino lain mengeluarkan H2O
dan membentuk suatu ikatan peptida (-CO-NH-). Dua molekul asam amino yang
membentuk ikatan peptida disebut dipeptida. Gugus amino dan karboksil bebas
dari dipeptida ersebut dapat bereaksi lagi dengan asam amino lainnya membentuk
polipeptida.
Sifat
fisikokimia protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya.
Berat molekul protein sangat besar sehingga bila protein dilarutkan dalam air
dapat membentuk suatu dispersi koloidal. Molekul protein tidak dapat melalui
membaran semipermiabel, tetapi masih dapat menimbulkan tegangan membran.
Protein ada yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut air, tetapi semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti etil ether. Bila dalam suatu
larutan protei ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya
protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut
salting out. Bila garam neral ditambahkan dalam konsentrasi tinggi, maka
protein akan mengendap. Garam-garam logam berat dan asam mineral kuat ternyata
baik digunakan untuk mengendapkan protein. Prinsip ini dapat dipakai untuk
mengobati orang yang keracunan logam berat dengan memberi minum susu atau makan
telur mentah. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein
akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol dapat menarik mantel air yang
melingkupi molekul-molekul protein, selain itu penggumpalan juga dapat terjadi
karena aktivitas enzym-enzym proteolitik.
Kini telah
dikenal 25 masam asam amino dan 10 diantaranya adalah asam amino esensial yaitu
asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia maupun hewan.
Kebutuhan asam amino tersebut harus dimaukkan kedalam tubuh melalui makanan.
Asam amino esensial tersebut meliputi leusin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptopan,
valin, arginin dan histidin. Arginin tidak esensial untuk anak-anak maupun
orang dewasa tetapi dapat memperbaiki pertumbuhan bayi, sedangkan histidin
esensial untuk anak-anak tetapi tidak esensial untuk orang dewasa. Asam-asam
amino lainnya dapat disintesis dari asam amino yang lain atau dari asam keto
secara aminasi didalam tubuh manusia atau hewan.
Protein
dapat mengalami kerusakan karena pengaruh panas, reaksi dengan asam maupun
basa, goncangan dan sebab-sebab lain. Sebagai contoh protein dalam larutan pada
pH tertentu dapat mengalami denaturasi dan mengendap. Perubahan tersebut dalam
makanan mudah dikenal dengan terjadinya penggumpalan atau pengerutan, misalnya
putih telur akan menggumpal dan daging akan mengerut apabila dipanaskan atau
susu dapat menggumpal karena pengaruh asam.
Larutan
protein dapa juga membentuk selaput yang akan membuih apabila dikocok. Misalnya
putih telur, bila pengocokan berlebihan dapat menyebabkan protein mengalami
denaturasi sehingga selaput pecah dan buih mengempis. Selain denaturasi protein dapat mengalami
degradasi yaitu pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
karena pengaruh asam, basa atau enzym. Hasil degradasi protein dapat berbentuk
proteosa, pepton, polipeptida, peptida, asam amino, NH3 dan unsur N.
Selain itu dapat pula dihasilkan komponen-komponen yang menimbulkan bau busuk
misalnya merkaptan, skatol, putrescine dan H2S.
3. Karbohidrat
Karbohidrat
merupakan sumber kalori atau makronutrien utama bagi organisme heterotrof.
Berbeda dengan organisme autotrof yang dapat
mensintesa biomolekul untuk satu keperluan hidupnya dari bahan-bahan anorganik
(CO2 dan H2O). Mikroorganisme, manusia dan hewan hanya
dapat menggunakan hasil sintesa organisme autotrof untuk keperluan hidupnya.
Akrbohidrat
berperan penting dalam sistem biologi khususnya dalam respirasi. Karbohidrat
dihasilkan dari proses fotosintesis dalam tanaman berdaun hijau. Karbohidrat
dapat dioksidasi menjadai energi, misalnya glukosa dalam sel jaringan manusia
atau hewan. Fermentasi karbohidrat oleh ragi atau mikroba lain dapat
menghasilkan CO2, alkohol, asam organik dan zat-zat organik lainnya.
Dalam
bahan pangan nabati, karbohidrat merupakan komponen yang relatif tinggi
kadarnya. Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula,
dekstrin, pati, selulosa, hemiselulosa, pektin, gum dll. Unsur-unsur yang
membentuk karbohidrat terdiri hari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O)
kadang-kadang juga nitrogen (N). Pentosa dan heksosa merupakan salah satu
contoh karbohidrat sederhana misalnya arabinosa, glukosa, fruktosa, galaktosa
dll. Masing-masing gula tersebut mempunyai rumus molekul C6H12O6,
tetapi masing-masing dibedakan oleh
posisi hidroksil (-OH) di sekeliling cincin. Perbedaan posisi gugus-gugus
hidroksil tersebut diantaranya mempengaruhi sifat-sifat kelarutan, kemanisan
dan mudah tidaknya difermentasi oleh mikroba tertentu.
Dua
molekul gula dapat saling berkaitan dengan cara mengeluarkan satu molekul air.
Hasil pengikatan tersebut membentuk satu molekul disakarida, sebagai contoh
misalnya maltosa dibentuk dari 2 molekul glukosa. Disakarida, dekstrin, pati,
selulosa, hemiselulosa, pektin dan gum dapat diuraikan atau dihidrolisa menjadi
sakarida yang lebih kecil atau gula-gula sederhana, sebagai contoh misalnya
amilosa dapat dihidrolisa menghasilkan oligosakarida dan maltosa.
Polisakarida
merupakan kelompok karbohidrat yang paling banyak di alam. Polisakarida juga
merupakan suatu senyawa makromolekul yang terbentuk dari banyak sekali satuan
unit monosakaraida. Jumlah polisakarida ini jauh lebih banyak daripada
oligosakarida maupun monosakarida. Sebagian dari polisakarida membentuk
struktur tanaman yang tidak dapat larut misalnya selulosa dan hemiselulosa.
Sebagian lagi membentuk senyawa cadangan pangan berbentuk pati dalam tanaman
atau glikogen pada sel hewan. Untuk karbohidrat cadangan tersebut dapat larut
dalam air hangat.
Gula
pereduksi biasanya dapat bereaksi dengan zat-zat lain misalnya dengan asam
amino dari protein seperti yang terjadi pada reaksi Maillard atau proses
browning, membentuk warna dan sifat yang berbeda. Pada keadaan ini gugus amino
dari protein bereaksi dengan gugus aldehid atau keton dari gula pereduksi dan
menghasilkan warna coklat, misalnya warna gelap pada susu bubuk yang terlalu
lama disimpan. Proses brwning seperti itu disebut reaksi non enzymatikbrowning.
Selain itu browning juga dapat trjadi secara enzymatik yang disebut enzymatik
browning. Sebagai contoh adalah warna gelap pada permukaan sayatan buah apel
atau salak dan warna coklat dari teh yang berasal dari tannin. Selain itu warna juga dapat disebabkan oleh
faktor lain yaitu proses karamelisasi gula menyebabkan warna coklat tua.
Beberapa contoh yang termasuk karamelisasi adalah warna gelap pada gula tebu
karena pemanasan, warna roti penggang dan warna coklat dari karamel kembang
gula.
Secara umum, karbohidrat digolongkan menjadi 3 kelompok,
yaitu : monosakarida dan turunannya, oligosakarida serta polisakarida. Masing-masing kelompok memiliki keunggulan serta fungsi yang khas
dalam pangan. Higroskopisitas karbohidrat bervariasi
dan tergantung pada struktur, isomer dan kemurnian. Sedangkan
solubilitas karbohidrat akan berkurang jika
karbohidrat lengket satu sama lain. Monosakarida dan
oligosakarida larut dalam air. Monosakarida juga larut
dalam etanol tetapi tidak larut dalam pelarut organic (ether, chloroform,
benzene). Monosakarida dan oligosakarida serta gula alcohol memiliki
rasa manis. β – D Mannose
memiliki rasa manis dan pahit. Beberapa oligosakarida,
seperti gentiobiosa, memiliki rasa pahit. Pemanis yang
sering digunakan adalah sukrosa, starch syrup (campuran glukosa, maltosa dan
malto oligosakarida), glukosa, gula invert, fruktosa, laktosa dan gula alcohol
(sorbitol, mannitol, xylitol).
Sukrosa memiliki rasa manis yang paling nyaman, meskipun
digunakan dalam konsentrasi tinggi. Tabel tingkat kemanisan beberapa jenis gula
terhadap sukrosa dapat dilihat pada table .
Monosakarida merupakan
molekul karbohidrat yang tidak dapat dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana lagi. Molekul ini merupakan
molekul pembentuk oligosakarida dan polisakarida. Glukosa, fruktosa dan
galaktosa merupakan beberapa jenis karbohidrat yang termasuk ke dalam kelompok
monosakarida. Glukosa dan fruktosa biasa digunakan sebagai pemanis. Gula
pereduksi (glukosa, fruktosa) yang bereaksi dengan gugus amino pada suhu
tinggi/water activity rendah akan menimbulkan warna kecoklatan. Reaksi ini
disebut reaksi maillard (berguna dalam pembuatan roti/bread). Pada proses
pemanasan suhu tinggi dengan katalis asam atau basa, gula pereduksi akan
mengalami karamelisasi.
Beberapa turunan monosakarida adalah D-glucitol/sorbitol
(pemberi kesan dingin pada candies), D-mannitol (non sticky coating pada
candies) dan D-xylitol (pemberi kesan dingin). Reaksi pyrolitik yang terjadi
pada maltol dan isomaltol akan menghasilkan warna dan aroma yang khas. Polyols
adalah istilah untuk menyebutkan gula-gula alkohol. Polyols menimbulkan efek/sensasi
dingin saat senyawa tersebut larut di dalam mulut. Semakin kecil ukuran
partikel, maka akan semakin cepat larut dan efek dinginnya lebih terasa.
Xylitol dan sorbitol memberikan cooling effect yang lebih baik jika
dibandingkan dengan maltitol, manitol atau sukrosa. Polyols tidak menyebabkan
pengikisan gigi. Bahkan, xylitol dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan
Streptococcus (bakteri yang sering dijumpai pada plak gigi). Selain itu,
xylitol juga dapat membuat plak menjadi mudah dihilangkan, membantu menghambat
demineralisasi pada lapisan enamel, dan menstimulasi keluarnya kelenjar saliva
untuk menetralisir asam. Energi yang dihasilkan oleh polyols antara 2 - 4
kkal/g (rata-rata : 2,4 kkal/g). Polyols memiliki efek laksatif. Sorbitol dan
maltitol mempunyai efek humektan yang sangat bagus. Kedua polyol ini sangat
mudah menyerap air pada RH tinggi. Pada RH rendah, sorbitol dan maltitol akan
melepaskan air ke udara dan membentuk keseimbangan kadar air yang baru.
Oligosakarida
merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida. Oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida, dst. Sebagian besar oligosakarida dihasilkan dari proses
hidrolisa polisakarida dan hanya beberapa oligosakarida yang secara alami
terdapat di alam. Oligosakarida yang paling banyak digunakan
dalam industri pangan adalah maltosa, laktosa dan sukrosa.
Maltosa terdiri
dari 2 molekul glukosa. Maltosa diperoleh dari hasil hidrolisa pati. Kegunan maltosa yang paling menonjol adalah sebagai bahan pemanis.
Laktosa terdiri dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul
galaktosa. Secara alami, laktosa terdapat pada air susu.
Laktosa yang terfermentasi akan berubah menjadi asam
laktat. Laktosa dapat menstimulasi penyerapan kalsium.
Lactose intolerance
merupakan gangguan ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa akibat kurang/tidak
adanya enzim lactase. Sukrosa merupakan gabungan dari
α-D-glukopyranosil/glukosa dan β-D-fruktofuranosil/fruktosa. Sukrosa
biasa diperoleh di alam sebagai gula tebu dan gula bit (dalam ekstrak gula bit,
sukrosa bercampur dengan rafinosa dan stakiosa).
Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida yang
tersusun dalam rantai bercabang atau lurus. Derajat polimerisasi polisakarida
dinyatakan dalam DP (Degree of
Polymerization), contoh : DP selulosa sebesar 7000
– 15000. Polisakarida juga biasa disebut sebagai glikan.
Berdasarkan unit pembentuknya, glikan terbagi menjadi 2 kelompok
: homoglikan (selulosa, pati, amilopektin) dan heteroglikan (algin, guar
gum). Polisakarida yang sering digunakan dalam industri pangan adalah agar,
alginate, carragenan, LBG, pectin, CMC, modified starch dan xanthan gum.
Agar merupakan hasil isolasi rumput laut (alga merah/Rhodopyceae), seperti
: Gelidium spp., Pterocladia spp.,
Glaciralia spp., melalui proses ekstraksi dengan bantuan air panas. Agar tidak larut dalam air dingin, sedikit larut dalam ethanolamine
dan larut dalam formamide. Agar biasa digunakan
sebagai media dalam mikrobiologi dan bahan baku/tambahan dalam industri pangan.
Beberapa sifat dan kegunaan agar adalah : tidak dapat
dicerna, membentuk gel tahan panas serta dapat digunakan sebagai emulsifier dan stabilizer. Sejumlah 0.1 % agar biasa ditambahkan pada ice cream dan sherbets (frozen dessert
dari jus buah, gula, air dan susu). Sejumlah
0.1 – 1 % agar biasa digunakan sebagai stabilizer
pada yoghurt, keju, candy dan produk bakery.
Alginate diperoleh dari alga coklat (Phaeophyceae) melalui proses ekstraksi dalam kondisi alkali. Alginat berfungsi sebagai thickening,
stabilizing dan gel forming agent.
Sejumlah 0.25 – 0.5 % alginate dapat memperbaiki dan menstabilkan konsistensi
isi dari produk yang dipanggang (cake,
pie), salad dressing dan coklat,
serta dapat mencegah pembentukan kristal berukuran
besar pada ice cream selama
penyimpanan. Alginat juga biasa digunakan dalam pembuatan pudding.
Carrageenans berasal dari spesies Chondur, Eucheuma, Gigartina, Gloiopeltis dan Iridaea yang diekstraksi menggunakan air panas sedikit alkali. Carrageenans biasa digunakan untuk menaikkan kekentalan dan
menstabilkan emulsi. Sejumlah 0.03 % carrageenans
ditambahkan pada coklat untuk mencegah pemisahan lemak dan menstabilkan
suspensi partikel kakao. Carrageenans mencegah syneresis pada keju serta memperbaiki
sifat adonan produk bakery. Carrageenans dengan
garam K+ biasa digunakan dalam desserts dan daging kaleng.
Pengendapan protein pada susu kental manis dapat
dicegah dengan penambahan carrageenans. Carrageenans juga
biasa ditambahkan untuk menstabilkan ice
cream dan menjernihkan minuman.
Locust Bean Gum
(LBG) digunakan sebagai thickener, binder
dan stabilizer dalam pembuatan daging
kaleng, salad dressing, sosis, keju
lunak dan ice cream. LBG juga digunakan untuk memperbaiki water holding capacity terigu bergluten
rendah.
Pektin biasa
digunakan pada pembuatan marmalade dan jelly. Gel akan terbentuk pada kondisi pH 2.8 – 3.5 dan
58 – 75 % sukrosa serta pectin < 1 %. Pektin juga
digunakan pada pembuatan minuman dan ice
cream.
Modified starch merupakan starch yang sifatnya telah dimodifikasi
secara fisika atau kimia sehingga memiliki sifat tertentu yang menguntungkan.
Carboxymethyl
Cellulose (CMC) merupakan hasil perlakuan antara cellulose bersifat alkali
dengan chloroacetic acid. CMC berfungsi sebagai binder dan thickener yang
digunakan untuk memperbaiki tekstur produk-produk seperti :
jelly, pasta, keju, salad dressing
dan ice cream. CMC
dapat mempertahankan tekstur ice cream
dan mencegah kristalisasi gula pada produk candy
serta mencegah retrogradasi pati pada produk yang dipanggang.
Xanthan Gum merupakan polisakarida yang diperoleh dari Xanthomonas campestris dan beberapa
mikroorganisme lain. Xanthan gum tahan pada pemanasan suhu
tinggi serta bisa berfungsi sebagai thickener
dan stabilizer.
Dekstran biasa
digunakan sebagai thickener atau stabilizer pada confectionery, minuman, ice
cream dan produk yang dipanggang.
Polyvinyl
Pyrrolidone (PVP) merupakan kompleks tidak larut yang mengandung komponen
phenol sehingga biasa digunakan sebagai penjernih.
4. Lemak
Trigliserida
ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul
asam lemak. Di alam, bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida dan
monogliserida yang dibuat dengan sengaja dari hidrolisa tidak lengkap.
Trigliserida banyak dipakai dalam teknologi makanan sebagai pengemulsi dan
penstabil.
Secara
umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang dalam
keadaan padat, sedangkan minyak adalah trigliserida dalam suhu ruang berbentuk
cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak
dan lemak.
Lemak
berbeda dengan karbohidrat dan protein karena tidak terdiri dari polimer
satuan-satuan molekuler. Setiap gram lemak mengandung kalori 2,25 kali dari
jumlah kalori yang dihasilkan olej protein atau karbohidrat. Lemak selalu
tercampur dengan komponen-komponen lain dalam makanan misalnya vitamin-vitamin
yang larut lemak yaitu A, D, E dan K, sterol seperti zoo sterol (dalam lemak
hewan) dan fitosterol (dalam lemak sayuran), fosfolipida yang bersifat sebagai
zat pengemulsi dengan protein yaitu lipoprotein atau dengan karbohidrat yaitu
glikolipid.
Hampir
semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama bahan pangan
hewani. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adipose. Dalam
tanaman lemak disintesis dari 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak
yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi.
Lemak dalam bahan pangan umumnya dipisahkan dari kjomponen lain dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut ether, etil ether, khloroform, atau benzena yang
dinamakan ether soluble fraction atau crude fat. Sesungguhnya crude fat bukan
saja terdiri dari trigliserida, tetapi termasuk lilin, fosfolipida,
cerebrosida, turunan lipid seperti sterol, pigmen, hormon, minyak atsiri dll.
Beberapa
bahan pangan cenderung untuk mengikat oksigen dari udara. Hal ini terjadi dari
bahan pangan yang mengandung lemak dan minyak. Terjadinya oksidasi pada bahan
tersebut mengakibatkan kerusakan yang disebut ketengikan. Ransiditas yang
merupakan kerusakan lemak meliputi ransiditas hidrolitik dan ransiditas
oksidatif. Ransiditas hidrolitik terjadi secara spontan karena pengaruh luar.
Spontan terjadai karena dalam lemak terdapat enzym lipase yang tidak aktif,
tetapi kalau substratnya sesuai akan aktif dan menghidrolisis lemak dalam
pangan tersebut. Pengaruh luar tersebut diantaranya:
- pengadukan yang dapat
menyebabkan buih pada susu yang belum dimasak.
- Fluktuasi suhu akibat
pemanasan bisa mempengaruhi kadar lemak
- Homogenisasi pada susu
diperlukan agar tidak terjadi pemisahan antara skim dan krim. Biasanya
dilakukan setelah pasteurisasi untuk menginaktifkan lipase yang aktif
setelah proses pasteurisasi.
Ransiditas
oksidatif secara spontan dapat terjadi
48 jam karena adanya pengaruh oksigen, kemudian terjadi hidrolisis secara
spontan. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses ransiditas oksidatif adalah:
- semakin tinggi suhu akan
semakin cepat terjadinya ransiditas oksidatif. Suhu 200C lebih
cepat berpengaruh terhadap ransiditas dibandingkan dengan suhu 40C
- Oksigen akan mempercepat
ransiditas oksidatif, maka perlu dilakukan pengurangan oksigen dalam
proses pengolahan
- Pemanasan akan
mempengaruhi gugus SH yang akan menyebabkan flavor yang tidak dikehendaki.
- Pengaruh logan Cu dan Fe
akan meningkatkan pengaruh oksidasi lemak oleh karena itu disarankan
menggunakan alat dari stainless steel.
Air dan
lemak tidak dapat menyatu, oleh karena itu perlu emulsifier untuk menstabilkan
lemak dengan air sehingga tidak mudah pecah emulsi lemak dalam air.
Setelah
dipanen bahan pangan secara fisiologik masih hidup, proses ini perlu
dipertahankan, namun jangan dibiarkan berlangsung cepat karena akan mempercepat
pembusukan. Cara memperlambat pernafasan bahan pangan tersebut dengan perlakuan
yang penting untuk mengawetkan bahan pangan. Beberapa perlakuan pengawetan
bahan pangan meliputi:
- pemanasan dan
pengeringan
- pendinginan dan
pembekuan
- pengasapan
- radiasi
- penambahan bahan lain (kimia, asam, gula, garam) dalam dosis tertentu.
Posting Komentar untuk "Komponen Utama Bahan Pangan"