FREEZE DRYING / PENGERINGAN BEKU
"Sang Landep"
Pada pengeringan konvensional, panas digunakan untuk
menghilangkan air sehingga bahan pangan menjadi lebih awet karena aw-nya
berkurang. Tetapi ternyata penggunaan panas pada pengeringan konvensional juga
menyebabkan kehilangan karakteristik sensori dan kualitas gizi pada bahan
pangan yang bersangkutan.
Oleh karena itu kemudian diciptakan sistem pengeringan
beku (freeze drying), yaitu
pengawetan bahan pangan dengan cara mengurangi aw produk tanpa
melalui proses pemanasan sehingga karakteristik sensori dan kualitas gizinya
lebih terjaga. Namun biaya pengeringan beku ternyata jauh lebih tinggi
dibandingkan biaya untuk pengeringan konvensional. Biaya ini meliputi biaya
investasi dan biaya operasi (pembekuan dan produksi kevakuman).
Pengeringan beku sangat penting untuk pengawetan bahan
pangan dengan aroma dan tekstur sebagai standar mutu utamanya (misalnya kopi,
jamur, rempah dan herba, sari buah, daging, seafood, ataupun sayuran). Karena
kualitas yang lebih baik dan biaya produksi yang lebih tinggi maka harga produk
hasil pengeringan beku menjadi lebih mahal. Perlu diketahui, kultur mikroba
juga dapat diawetkan menggunakan pengering beku.
Langkah pertama pengeringan beku adalah membekukan bahan
pangan pada alat pembeku konvensional. Potongan-potongan bahan pangan dibekukan
dengan cepat agar dihasilkan kristal es berukuran kecil sehingga dapat
meminimalkan kerusakan pada struktur sel. Bahan pangan cair dibekukan secara
lambat agar dihasilkan kristal es yang berpori sehingga memungkinkan pergerakan
uap air. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan air dari bahan pangan dengan
proses “pengeringan”. Jika tekanan uap air pada bahan pangan dijaga di bawah
4,58 Torr (610,5 Pa) dan air pada bahan pangan dibekukan, maka ketika bahan
tersebut dipanaskan es padat akan langsung menyublim menjadi uap tanpa mencair
terlebih dahulu.
Bahan pangan dikeringkan dalam dua tahap, yaitu (1)
dengan sublimasi sekitar 15% kadar air, kemudian (2) dengan pengeringan
evaporasi (desorpsi) air yang tidak membeku hingga diperoleh kadar air 2%.
Panas yang dibutuhkan untuk sublimasi (panas laten sublimasi ) disalurkan ke
bahan pangan atau diproduksi dalam bahan pangan oleh gelombang mikro.
Pada beberapa bahan pangan cair (misalnya sari buah dan
konsentrat ekstrak kopi), pembentukan tekstur yang mirip kaca menimbulkan
kesulitan dalam transfer uap. Oleh karena itu cairan biasanya dibekukan dalam
bentuk busa atau dikeringkan bersama pulpnya. Kedua metode tersebut
menghasilkan saluran yang memungkinkan uap meninggalkan bahan pangan. Metode
lain juga dapat digunakan, yaitu jus beku digiling untuk menghasilkan granula
sehingga pengeringan berlangsung lebih cepat dan kontrol ukuran partikel
berjalan lebih baik.
Kecepatan pengeringan terutama dipengaruhi oleh
resistansi bahan pangan terhadap transfer panas dan (lebih sedikit) dipengaruhi
oleh resistansi aliran uap (transfer masa) selama sublimasi.
Ada tiga metode transfer panas selama sublimasi, yaitu
sebagai berikut.
1.
Transfer panas melalui lapisan
beku. Kecepatan transfer panas tergantung pada ketebalan dan konduktifitas
panas dari lapisan es. Selama proses pengeringan, ketebalan es berkurang dan
kecepatan transfer panas meningkat. Suhu permukaan yang lebih panas dibatasi
untuk menghindari es mencair.
2.
Transfer panas melalui lapisan
kering. Kecepatan transfer panas tergantung pada ketebalan dan luas area bahan
pangan, konduktifitas panas lapisan kering, dan perbedaan suhu antara permukaan
bahan pangan dan es. Jika tekanan rak konstan maka suhu es juga cukup konstan.
Lapisan kering bahan pangan memiliki konduktifitas panas yang rendah sehingga
resistansinya terhadap aliran panas menjadi tinggi. Selama pengeringan lapisan
ini akan menebal dan resitansinya meningkat. Seperti pada unit operasi lain,
pengecilan ukuran bahan pangan dan peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan
kecepatan transfer panas. Tetapi dalam pengeringan beku suhu permukaan dibatasi
maksimal 40-65°C untuk menghindari denaturasi protein dan perubahan kimia
lainnya yang dapat menurunkan kualitas bahan pangan.
3.
Pemanasan dengan gelombang mikro.
Panas yang dihasilkan oleh gelombang mikro dikenakan langsung pada es.
Kecepatan transfer panasnya tidak dipengaruhi oleh konduktifitas panas es,
konduktifitas panas bahan pangan kering, ataupun ketebalan lapisan kering.
Pemanasan dengan gelombang mikro lebih sulit dikontrol dan mengandung resiko
yang lebih besar, yaitu pemanasan berlebih pada titik tertentu akan menyebabkan
es mencair.
Panas yang telah mencapai titik sublimasi
akan meningkatkan suhu dan tekanan uap air es. Uap kemudian akan bergerak melewati
bahan pangan yang telah kering menuju area (dalam ruang pendingin) yang
tekanannya rendah. 1 g es membentuk 2 m3 uap pada tekanan 67 Pa.
Oleh karena itu penghilangan ratusan m3 uap per sekon melalui
pori-pori dalam bahan pangan kering menjadi sangat penting dalam pengeringan
beku komersial. Faktor yang mengontrol gradien tekanan uap air adalah tekanan
dalam ruang pendingin, suhu alat pendingin (keduanya diharapkan dengan biaya
seekonomis mungkin), serta suhu es saat menyublim (seharusnya setinggi mungkin
tapi tanpa sempat mencair). Dalam praktik, tekanan ruang pendingin yang paling
ekonomis dicapai pada 13 Pa dan suhu alat pendingin yang paling ekonomis adalah
-35°C.
Secara teoritis, suhu es dapat dinaikkan
sampai beberapa derajat di bawah titik beku. Tapi di atas “suhu koleps”,
padatan terlarut dalam bahan pangan akan bergerak (mengalir) akibat adanya gaya
yang bekerja pada struktur bahan pangan tersebut. Jika hal ini terjadi maka
struktur bahan pangan secara instant akan rusak sehingga menghambat transfer
uap dan secara efektif menghentikan proses pendinginan. Oleh karena itu, untuk
mengontrol transfer masa diberlakukan suhu es maksimum, suhu pendingin minimum,
dan tekanan ruang pendingin minimum.
Bahan pangan yang dikeringkan dengan freeze
drying mempunyai retensi karakteristik sensori dan kualitas gizi yang sangat
tinggi, serta waktu simpan lebih dari 12 bulan jika dikemas dengan benar.
Komponen aroma tidak ikut hilang selama sublimasi melainkan terperangkap dalam
matriks makanan. Retensinya bisa mencapai 80-100%. Teksturnya juga cukup bagus,
hanya terjadi sedikit sekali penyusutan dan tidak mengalami “case hardening”. Struktur berpori yang
dihasilkan memungkinkan proses hidrasi yang cepat dan sempurna, tapi cukup
rapuh sehingga membutuhkan proteksi agar tidak terjadi kerusakan mekanis.
Perubahan protein, lipid, pati atau
karbohidrat lain sangat kecil. Namun struktur berporinya yang terbuka
memungkinkan oksigen masuk dan mengoksidasi lipid. Oleh karena itu bahan pangan
hasil pengeringan beku sebaiknya dikemas dalam kemasan kedap gas. Kerusakan
vitamin juga sangat kecil. Biasanya kerusakan vitamin justru terjadi akibat
kesalahan prosedur persiapan bahan pangan sebelum dikeringbekukan.
Posting Komentar untuk "FREEZE DRYING / PENGERINGAN BEKU"