Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEJARAH FERMENTASI SAYUR-SAYURAN

"Sang Landep"
Fermentasi adalah suatu metode pengawetan bahan pangan yang sangat kuno uang terdapat mempertahankan nilai gizinya. Dalam sejarah fermentasi bahan pangan tidak ditemukan lagi waktu yang tepat kapan metoda ini mulai dipaktekkan orang. Ketika kasar Chi’in shin Huang Ti membangu “ Tembok Cina” pada abad ketiga sebelum Masehi, sebagian dari ransom kuli-kulinya erdiri dari campuran berbagai jenis sayur-sayuran yang difermentasi seperti kubis, lobak, “turnips”, “ketimun”, ‘ beets” dan sayur-sayuran lain yang tersedia. Selain itu beberapa abad yang lalu, bangsa Korea juga telah mengembangkan Kimchi, yaiut Produk fermentasi asam laktat campuran berbagai sayur-sayuran seperti Kubis Cina, Lobak, Cabe merah dan bahan-bahan lainnya.

Pengawetan bahan pangan dengan metoda fermentasi diduga mulai berkembang di Timur jauh semenjak manusia mulai mengumpulkan dan menyimpan bahan pangan. Susu dengan mudah dapat mengalami fermentasi asam laktat secara alami dan semenjak manusia mulai memerah susu hewan, susu asam sudah merupakan salah satu komdoditi pangan mereka. Asam laktat dapat mengahambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan dalam susu sehinga pembusukan susu dapat dicega. Demikian juga halnya, semenjak manusia mulai mengumpulan sayur-sayuran, mereka sudah mempunyai masalah dalm hal mempertahankan mutu organoleptik dan nilai gizinya, terutama apabila disimpan dalam waktu yang relatif lama. Dalam beberapa hal pada masa itu, kemungkinan mereka menambahkan garam atau air laut yang ke sayur-sayuran untuk memperpanjang masa simpannya. Garam pada konsentrasi tinggi dapat mengawetkan bahn pangan, akan tetapi, kelebihan garam yang ditambahkan harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum bahan pangan tersebut dikonsumsi. Selama pemisahan garam yang dilakukan dengan perendaman dalam air, sayur-sayuran tersebut akan melalui beberapa fase yang mendukung berlangsungnya fermentasi asam laktat.

Meskipun pengawetan sayur-sayuran dan bahan pangan lainnya dengan penggaraman sudah tergolong kuno, metode pembuatan dan pemurnian garam adalah inovasi yang relative baru. Pada umumnya garam yang dihasilkan pada jaman dahulu tidak murni, sering mengandung elemen-elemen selain natrium dan khlorin, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang dapat menurunkan daya pengawetannya.

Apabila sejumlah tertentu garam kering ditambahkan ke sayur-sayuran, setelah beberapa lama, akan terbentuk larutan garam yang mendung dan sayur-sayuran tersebut akan mempunyai cita rasa asa. Cita rasa asam ini mengimbangi sebagian cita rasa asin yang berlebihan, hal mana tidak diragukan lagi sangat menyenangkan bagi konsumen.

Dalam pelaksanaan penggaraman, sayur-sayuran kemungkinan direndam dalam larutan garam, oleh karena memungkinkan terjadinya pengendapan pasir, tanah dan bahan-bahan lain yang tidak larut sehingga tidak mencemari sayur-sayuran yang direndam didalamnya.

Praktek-praktek penggaraman sayur-sayuran terus berlangsung secara individual di rumah-rumah selama berabad-abad dengan sedikit modifikasi. Metoda-metode rumah tangga diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya. Terbentuknya massa berbusa padapermukaan larutan garam dianggap memegang peranan untuk berlangsungnya proses fermentasi.

Aplikasi dari ilmu pengetahuan pada penggaraman dan penamaan bakteri dan khamir yang terdapat dalam fermentasi bahan-bahan sayuran baru mulai pada awal tahun 1900. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik produksi dan pengembangan galur-galur sayuran berkualitas superior dan tahan terhadap penyakit telah memegang peranan yang sangat penting dalam mensuplai bahan –bahan sayuran dengan kuantitas dan kualitas yang memuaskan untuk fermentasi. Perbaikan-perbaikan yang nyata dalam fermentasi sayur-sayuran dimulai dengan pengembangan-pengembangan dalam bidang mikrobiologi sekitar 100 tahun yang lalu. Kulminasi dari semua hal-hal ini sampai pada kesimpulan bahwa lebih dari satu spesies bakteri asam laktat yang berperan dalam fermentasi sayur- sayuran.

Pertumbuhan dan aktivitas fermentasi dari spesies-spesie ini dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan terutama kadar garam dan temperature. Berkat hasil penelitian-penelitian, sebagian besar sifat-sifat alami dari fermentasi asam laktat pada syur-sayuran dan buah-buah pangan lainnya serta perubahan-perubahan mikrobiologi, fisik dan kimia yang terjadi selama fermentasi telah dapat diketahui. Secara, umum dapat diambil kesimpulan bahwa fermentasi asam laktat menghasilkan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

(1) Menyebabkan bahan pangan menjadi resisten terhadap pembusukan mikrobiologi dan pembentukan racun-racun makanan

(2) Menyebabkan bahan pangan menjado kurang ideal sebagai media perpindahan mikroba-mikroba pathogen

(3) Menyebabkan bahan pangan mengalami penurunan nilai gizi 

(4) Memodifikasi cita-rasa orisinil bahan pangan menjadi lebih merangsang selera makan dan kadang-kadang memperbaiki nilai gizi 

Dalam hal ini, orang-orang Korea mempercayai lebih jauh bahwa fermentasi asam laktat dapat mengilminasi parasit-parasit dan mikroba-mikroba pathogen tinja yang terdapat pada sayur-sayuran apabila tinja manusia atau hewan digunakannya sebagai pupuknya.

Hampir semua jenis sayur-sayuran, termasuk sayuran buah seperti, ketimun, tomat dan zaitun daopat difermentasi oleh bakteri asam laktat. Semua jenis sayur-sayuran mengandung gula dan komponen-kompoenen nutrisi lainnya yang cukup sebagao substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat dan mikroba –mikroba lainnya. Namun demikian, sayur-sayuran yang paling popular digunakan untuk fermentasi asam laktat adalah kubis untuk pembuatan sauerkraut serta ketimun dan zaitun untuk pembuatan pikel. Dalam jumlah yang lebih kecil, berbagai jenis sayur-sayuran lain seperti wortel, kembang kol , seledri, okra, lada, bawang dan tomat hijau juga difermentasi, khususnya untuk pembuatan pikel campuran.

Posting Komentar untuk "SEJARAH FERMENTASI SAYUR-SAYURAN"