Infeksi Bakteri
"Sang Landep"
Pangan yang
umumnya sumber infeksi dan keracunan oleh bakteri adalah pangan yang tergolong
berkeasaman rendah seperti daging, telur, susu dan hasil produksinya. Yang
termasuk bakteri penyebab infeksi pangan antara lain adalah Salmonella,
Clostridium perfringens, Vibrio parahaemolyticus, Escherichia coli, Bacillus
cereus, dan Vibrio cholerae.
Salmonella
Salmonella dapat ditemui dalam pangan karena adanya
kontaminasi. Beberapa sumber kontaminasi antara lain kotoran hewan pada saat
dipotong, kotoran manusia, atau dari air yang terkena polusi air buangan yang
mengandung Salmonella. Kontaminasi dapat juga terjadi secara tidak
langsung, misalnya kontaminasi pangan oleh Salmonella melalui tangan
manusia atau alat-alat yang digunakan.
Salmonella terdapat pada unggas dan telurnya, lalat,
tikus dan kecoa. Ayam kalkun, bebek dan angsa dapat terinfeksi oleh berbagai
jenis Salmonella yang kemudian dapat ditemukan dalam kotoran, telur
dan sebagainya. Produk seperti telur utuh, telur bubuk dan telur cair, perlu
mendapat perhatian khusus karena berpotensi sebagai sumber Salmonella.
Pangan lainnya yang sering tercemar oleh Salmonella adalah daging ikan
dan susu serta hasil olahannya seperti sosis, ham, ikan asap, susu segar, es
krim, coklat susu.
Gejala
keracunan Salmonella adalah demam, sakit kepala, diare, dan muntah.
Masa inkubasi 5 – 72 jam, biasanya 12 – 36 jam setelah memakan pangan yang
mengandung Salmonella.
Clostridium perfringens
Penyakit yang
ditimbulkan bakteri ini adalah gastroenteritis (gangguan saluran pencernaan),
dengan gejala seperti sakit perut, diare dan terbentuknya gas racun yang
dikeluarkan dari saluran pencernaan. Bakteri tersebut relatif peka terhadap
panas dan dapat diinaktifkan pada suhu 60°C selama 10 menit. Gejalanya timbul dalam
waktu 8 – 24 jam setelah memakan makanan yang mengandung mikroba tersebut.
Clostridium
perfringens banyak
terdapat pada daging ayam dan daging sapi masak. Pangan lain yang mungkin
terkontaminasi adalah ikan, unggas, produk susu, makanan kering, sup, gravies,
rempah-rempah, gelatin, spagheti, pasta, tepung dan protein kedelai.
Vibrio parahaemolyticus
Wabah
gastroenteritis oleh Vibrio parahaemolyticus banyak terjadi di Jepang
karena kebiasaan penduduknya yang mengkonsumsi ikan terkontaminasi dan hasil
laut lain secara mentah. Hasil laut seperti ikan laut, kerang, kepiting, dan
udang adalah bahan pangan yang sering terinfeksi Vibrio parahaemolyticus.
Masa inkubasi 2
– 48 jam, biasanya 12 jam. Gejala yang timbul adalah sakit perut, diare
(kotoran berair dan mengandung darah), mual dan muntah, demam ringan, dan sakit
kepala. Penderita akan sembuh setelah 2 – 5 hari.
Escherichia coli
Bakteri ini
secara normal (komensal) terdapat pada saluran usus besar/kecil anak-anak dan
orang dewasa sehat dan jumlahnya dapat mencapai 109 CFU/g. Bakteri
ini dikenal sebagai mikroba indikator kontaminasi fekal dan dibagi dalam dua
kelompok, yaitu nonpatogenik dan patogenik. Ada empat kelompok patogenik
penyebab diare, yaitu EPEC (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC
(Enterotoksigenik Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasif Escherichia
coli) dan VTEC (Escherichia coli penghasil verotoksin).
Penyakit yang
disebabkan oleh grup EPEC adalah diare berair yang disertai dengan muntah dan
demam. Diare sering bersifat sembuh sendiri, tapi EPEC dapat menyebabkan
enteritis kronis yang berkepanjangan yang mengganggu pertumbuhan. EPEC umumnya
dikaitkan dengan bayi dan anak-anak di bawah usia 3 tahun.
Penyakit yang
disebabkan oleh ETEC merupakan diare berair dengan kejang perut, demam, malaise
dan muntah. Dalam bentuk sangat berat, infeksi oleh galur ETEC dapat
menghasilkan gambaran klinis yang menyerupai diare yang disebabkan oleh V.
cholerae, yaitu tinja air beras. ETEC merupakan penyebab utama diare untuk
bayi di negara berkembang dan juga diare pada orang yang sedang mengadakan
perjalanan dari daerah beriklim musim dengan standar higiene baik ke
daerah-daerah tropis dengan standar higiene yang lebih rendah.
Grup EIEC
menyebabkan diare yang klinis sering menyerupai diare basiler,yang disebabkan
oleh Shigella. Awalnya diare bersifat akut dan berair, disertai demam
dan kejang perut, berlanjut sampai fase kolon (usus besar) dengan tinja yang
berdarah dan mukoid. Tidak semua infeksi EIEC berlanjut sampai fase kolon,
sehingga darah tidak selalu terdeteksi dalam tinja. EIEC menyerang mukosa kolon
dan berkembangbiak di dalam sel, menyebar ke sel-sel yang berdekatan setelah
sel-sel yang terinfeksi mengalami lisis.
VTEC
menyebabkan hemoragik colitis (HC) dan sindroma hemolitik uremik (HUS). Gejala
HC sering dimulai dengan sakit perut dan diare berair, diikuti dengan diare
berdarah umumnya tanpa demam. Diare baik berdarah atau tidak, diikuti oleh munculnya
HUS. HUS terjadi pada semua kelompok umur tapi paling umum pada anak-anak. VTEC
terdapat pada alat pencernaan dari usus sapi dan hewan lain.
Kontaminasi
pangan berasal dari karyawan pengelola pangan atau dari kontak dengan air yang
mengandung buangan manusia. Infeksi orang dewasa sehat memerlukan dosis paling
sedikit 108 sel baik melalui pangan atau air yang tercemar.
Bacillus cereus
Bacillus
cereus menyebabkan
terjadinya gastroenteritis pada manusia. Gejalanya mual, kejang perut, diare
berair, dan muntah-muntah selama satu hari atau kurang. Pangan yang sering
terkontaminasi adalah serelia, tepung, bumbu, pati, puding, saus, dan nasi
goreng.
Vibrio cholerae
Vibrio
cholerae menjadi
penyebab terjadinya wabah kolera, sedangkan Vibrio cholerae van Eltor penyebab
dari penyakit kolera eltor. Cara kerjanya adalah dengan menyerang dinding
saluran usus dan menyebabkan diare dan muntah. Penularan bakteri ini melalui
air, ikan dan makanan hasil laut.
Posting Komentar untuk "Infeksi Bakteri"