PENGARUH PENYIMPANAN DINGIN PADA BUAH DAN SAYUR
"Sang Landep"
Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi
metabolisme, dimana setiap penurunan suhu 8˚ C kecepatan reaksi akan berkurang
menjadi kira-kira setengahnya. Pada suhu penyimpanan yang rendah laju reaksi
(pernafasan) akan diperlambat, artinya panas yang dilepaskan juga akan lebih
sedikit, sedangkan pada suhu penyimpanan yang lebih tinggi akan terjadi pengaktifan
pernafasan dan pembentukan panas yang lebih banyak (Depdikbud,1982).
Pada penyimpanan suhu 50˚F-52˚F jeruk pada umumnya jeruk
akan mengalami kerusakan karena penyimpanan suhu rendah. Kerusakan tersebut
antara lain, flavedo berkeriput, hilangnya warna hijau yang lambat,
kelnjar-kelenjar minyak berwarna lebih tua dari pada bagian sekitarnya
(peteca), bercak berwarna lebih tua dan kemerahan, serta terdapat noda yang
tidak beraturan diantara segmen-segmen buah (Pantastico, 1986).
Berlangsungnya metabolisme jaringan-jaringan hidup
seperti buah-buahan dan sayuran terbatas pada kisaran suhu tertentu. Suhu
dimana metabolisme tersebut berlangsung dengan sempurna disebut sebagai suhu
optimum. Pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu optimum metabolisme
akan berjalan lebih lambat atau malahan dapat berhenti sama sekali pada suhu
yang terlalu tinggi (Winarno, 1980).
Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat
memperlambat reaksi metabolisme. Selain itu dapat juga mencegah pertumbuhan
mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Cara pengawetan
bahan pangan pada suhu rendah dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu pendinginan
dan pembekuan. Pendinginan adalah
enyimpanan bahan pangan pada suhu di atas titik beku (di atas 0°C),
sedangkan pembekuan dilakukan di bawah titik beku.Pendinginan biasanya dapat
memperpanjang masa simpan bahan pangan
selama beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan
lebih lama sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur,
warna,nilai gizi dan sifat-sifat lainnya.
pengawetan dengan jalan pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan es
yang berfungsi mendinginkan dengan cepat suhu 0°C, kemudian menjaga suhu selama
penyimpanan. Jumlah es yang digunakan tergantung pada jumlah dan suhu bahan,
bentuk dan kondisi tempat penyimpanan, serta penyimpanan atau panjang
perjalanan selama pengangkutan (Margono, 1993).
Untuk mengatasi
masalah tentang susut kualitas tersebut adalah dengan cara “penyimpanan
dingin”. Penyimpanan dingin diperlukan untuk komoditas sayuran atau buah-buahan
yang mudah rusak, karena cara ini dapat mengurangi kegiatan respirasi dan
metabolisme lainnya, proses penuaan karena ada proses pematangan, pelunakan dan
perubahan-perubahan warna serta tekstur, kehilangan air dan kelayuan, kerusakan
akibat aktifitas mikroorganisme dan proses pertumbuhan yang dikehendaki seperti
pertunasan pada ubi-ubian. Dalam hal penyimpanan sayuran dan buah-buahan yang
akan disimpan hendaknya harus bebas dari lecet, memar, busuk dan kerusakan
lain. Memar atau kerusakan tersebut bukan hanya menyebabkan bentuk komoditas
kurang menarik akan tetapi juga memberikan kesempatan bagi mikroorganisme
perusak atau pembusuk masuk kedalamnya. Buah yang lecet atau memar, dapat mengalami
kehilangan air sampai 4 kali lipat dari buah yang utuh (Rhiska, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.1982. Dasar-Dasar Pengawetan 2. Jakarta. CV Petra
Djaja
Er.B.Pantastico.1986.
Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
FG.Winarno.1980. Pengantar Teknologi Pangan II. Jakarta. PT
Gramedia
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6a4.
Diakses pada 1 Desember 2007, pukul 19.46.
http://ptp2007.wordpress.com/2007/09/10/pasca-panen/. Diakses pada 1 Desember 2007, pukul 20.10.
Posting Komentar untuk "PENGARUH PENYIMPANAN DINGIN PADA BUAH DAN SAYUR"