Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN SAAT PANEN TERHADAP UMUR SIMPAN

"Sang Landep"


Buah-buahan dan sayur-sayuran bias anya di panen dan digunakan bila sudah masak dan segera memasuki tingkat kematangan. Proses pematangan dan penuaan ini melibatkan kegiatan sekelompok zat-zat kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri, yaitu hormon-hormon tumbuhan alami, dan telah memperoleh beberapa hasil untuk mengendalikan proses-proses penting dalam pematangan dan penuaan buah-buahan dan sayur-sayuran. Senyawa-senyawa ini pada garis besarnya dapat digolongkan dalam kelompok yang memacu dan yang menghambat pematangan. Senyawa itu meliputi semua jenis hormon tumbuhan seperti sitokinin, auksin, auksin, giberelin, zat penghambat, C2H2, zat penyerap, lilin dan zat lainnya. Mekanisme kegiatan pematangan masing-masing zat selain C2H2, pada umumnya bersifat langsung. ( Chaucan dan Parmar, 1972 ).
Pemberian sitokinin, BA, dan Ki pada mulnya hanya dilakukan pada jaringan daun dan bagian-bagian batang. Belakangan ternyata zat-zat ini dapat menghambat degradasi klorofil dan penuaan sayuran daun seperti spinasi, cabe, buncis, mentimun, dan lainnya. Pengaruhnya secara umum ialah hambatan terhadap penguningan dengan dipertahankannya kandungan protein yang tinggi dalam jaringan yang di beri perlakuan. Efek ini akan menjadi signifikan pada penyimpanan yang lebih lama atau pada suhu yang tinggi. Misalnya selada bongkol yang sebelum pemungutan di semprot dengan 10 ppm BA dan setelah di panen di simpan pada suhu rendah tidak terlalu banyak berbeda dari kontrolnya. Namun setelah dipindahkan ke suhu 68oF,  kelompok yang tidak diberi perlakuan mulai menguning, sedang yang diberi BA tetap berwarna hijau. ( Postal dan Wicox, 1970 ).
Perlakuan pasca panen buah tomat dengan giberelin secara nyata menghambat pematangan buah tomat, jambu buji, dan buah pisang. Pengaruh terhadap kematangan terlihat dari penurunan laju respirasinya, terhambatnya klimakterik dan penundaan perubahan warna. Penyemprotan dengan giberelin sebelum panen mempunyai pengaruh yang mencolok dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan penuaan buah-buahan kesemek. Sekarang hal itu di anjurkan di California untuk jeruk sitrun dan jeruk manis, sebab buah-buahannya akan teatp tinggal di pohon lewat kematangan biasanya. Beberapa pengaruh pemberian giberelin pada jeruk manis dan mendapatkan bahwa buah-buahan yang diberi perlakuan mempunyai perbandingan antara kation-kation monovalent dan divalent yang lebih rendah. Keutuhan membran-membran mitokondria di pengaruhi oleh giberelin, mugkin akan di ikuti oleh penundaan degradasi klorofil. Pada buah-buahan yang diberi giberelin yang megakibatkan penurunan hesperidin dan gula pereduksinya. ( Garrison, 1968 )
Buah mangga yang diberi perlakuan dengan etilena oksida memperlihatkan adanya penundaan kematangan yang pasti. Selain dari itu, buah yang diperlakukan dengan etilena oksida memperoleh warna kuit yang menarik dan daging buah yang tegar. Hambatan pematangan oleh etilena oksida juga diamatin pada buah tomat, bahwa perlakuan terhadap buah tomat hijau daam suatu atmosfer yang mengandung 0,75% etilena oksida selama sekitar 20 jam menghambat kematangannya dan pembekuan C2H2 selama 5 sampa 21 hari. Konsentrasi etilena yang lebih, mencergah terjadinya pematangan. Buah tomat yang sudah mulai matang dan berada dalam fase kenaikan klimakterik yang mengahasilkan relatif banyak C2H4 dan sedikit warna merah, tidak segera dihambat dengan pemberian etilena oksida. Dikira bahwa etilena oksida merupakan antagonis endogen C2H4, dan bahwa iteraksi antara keduanya dapat menentukan derajat kematangan yang diapai pada setiap tingkat.( Pantastico dan Mendosa, 1972 )
Na-DHA ( 0,5% ) menunda pematangan dan menurunkan laju respirasi buah arbe. Na-DHA menghambat kegiatan enzim respirasi. Dalam tahun-tahun belakangan ini asam dehidroasetat telah digunakan untuk mengurangi pembusukan pada pasca panen buah-buahan dan sayur-sayuran. Telah ditemukan bahwa zat itu merupakan zat anti mikroba yang memberi harapan. Kegiatan pengawetannya sedikit bervariasi mengikuti perubahan pH, dapat diterapkan terhadap bahan makanan yang mudah menjadi rusak, konsentrasi yang renda, tidak menimbulkan rasa dan bau yang urang disukai dan sangat efektif. (Esau, 1960 )


DAFTAR PUSTAKA

Chaucan. K.S dan Parmer C, 1973. Deegrening of Mozambi Orange With Etriel ( 2-Chloroettane Phosphonik Acid ) Prok 3 rd Int. Symp. Trop, Sub Trop Hort, 82
Postal H.C dan Wicox G.E, 1970. Chemical Accelation of Ripening of Fiel Grown Tomatos ( abst ) Prok 18 th Int. Hort Cong, 188
Esau K, 1960. Anatomy of Seed Plants, J. Weley and Sons, Inc, New York, N.Y
Garrison S.A, 1968. Stimulation of Tomato Ripening by Amchem 66-329 ( Abst ) Hort Science 3, 122
Pantastico Er. B, Bondad N.D dan Mendosa D.B,  Jr, 1972. Regulation of Fruit Ripening II. Chemical Treatmens. Philipine Agric Dalam Penerbitan
 

Posting Komentar untuk "PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN SAAT PANEN TERHADAP UMUR SIMPAN"