PERUBAHAN KIMIA BUAH KLIMAKTERIK DAN BUAH NON KLIMAKTERIK SELAM A PENYIMPANAN
"Sang Landep"
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya
simpan sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju
jalannya metabolisme serta sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah.
Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan pendek. Hal itu
juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan makanan
(Pantastico, 1986).
Arah pergeseran respirasi yang khas untuk buah non
klimakterik mungkin akan ditunjukkan pada umur fisiologis atau dalam
penyimpanan yang sesuai. Misalkan pada buah-buah jeruk yang masih kecil dan
muda memperlihatkan respirasi dan produksi C2H4 yang
meningkat sesudah dipetik. Namun berbeda dengan buah jeruk masak yang
diperdagangkan, terdapat dalam tingkat pasca klimakterik (Rhodes, 1970 ).
Beberapa factor yang mempengaruhi panen dan pasca panen
yaitu factor lingkungan yang terdiri dari suhu, cahaya, tekstur tanah,
angin, ketinggian letak, dan curah hujan. Dan factor pembudidayaan
adalah pemilihan bibit, pengolahan lahan, dan pemeliharaan (www.deptan.go.id).
Beberapa tipe pola respirasi pada buah-buahan dan
sayuran yang telah dipanen, yaitu :
1.
Tipe yang menurun dengan lambat
Laju respirasinya menurun secara lambat sepanjang proses
pematangannya, misalnya buah jeruk.
2.
Tipe yang meningkat sementara
Laju respirasinya naik sementara saja, dan kematangannya
penuh dicapai setelah puncak respirasi, misalnya buah tomat, pisang, mangga dan
alpukat.
3.
Tipe puncak
Laju respirasi maksimumnya terdapat setelah matang penuh
hingga keranuman, misalnya kesemek Jepang, arbei (www.pustaka-deptan.go.id).
Pada tingkat kemasakan yang sama buah yang masih ada di
pohon menjadi matang lebih lambat daripada buah yang sudah dipetik, dan bahkan
pada buah yang dengan mudah matang di pohon seperti tomat, dapat diamati bahwa
gejala-gejala kematangan, terutama perubahan warna, mula-mula akan tampak pada
bagian buah yang jauh, baru kemudian meluas ketitik pelekatan pada tangkainya (Sugiono,
2002).
Penyimpanan buah dan sayur dengan pembekuan produk dalam
waktu yang singkat tidak akan mempengaruhi fisiologis produk tersebut. Berbagai
kerusakan selama penyimpanan dalam waktu yang lama tergantung pada :
1.
Sifat alami produk
Misal pada buah tomat yang disimpan dalam freezer selama
± 48 jam, setelah dicairkan terjadi kerusakan jaringan. Yaitu tomat menjadi
empuk dan berair.
2.
Lama penyimpanan
Semakin lama penyimpanan produk akan semakin banyak
mengalami kerusakan.
3.
Suhu pembekuan
-
Suhu 25-35 °F : sedikit yang
tahan
-
Suhu 4-5 °F : sedikit sekali
-
Suhu <3 °F : semua produk mati
4.
Laju pembekuan dan pencairan
Umumnya cara pembekuan yang lambat lebih merusak
daripada pembekuan cepat, karena pembekuan lambat menghasilkan kristal es yang
besar dan runcing, yang dapat menusuk dinding sel sehingga sel pecah dan rusak.
5.
Cara penanganan yang ceroboh
Pada produk beku, tekanan jari tangan akan merusak
produk. Oleh karena itu harus ditangani dengan hati-hati (web.ipb.ac.id/~hortikultura ~tpg/course_content_s1.php -
60k).
Daftar Pustaka
E.R. Pantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. UGM Press.
Yogyakarta.
Rhodes. 1970. Fisiologi Panen. UGM Press. Yogyakarta.
Sugiono, Moeljopawiro. 2002. Bioteknologi
Untuk Peningkatan Produktivitas dan
Kualitas Buah. Makalah disampaikan
Pada Seminar IPTEK Pekan Padi dan Buah
Nasional di Sukamandi, Jawa Barat. 22
Maret 2002.
http://www.deptan.go.id.
Diakses tanggal 1 Desember, pukul 13.41.
web.ipb.ac.id/~hortikultura~tpg/course_content_s1.php
- 60k. Diakses tanggal 1 Desember, pukul 12.37.
www.pustaka-deptan.go.id/abstrak/ahpi19202.pdf.
Diakses tanggal 1 Desember, pukul 12.37.
Posting Komentar untuk "PERUBAHAN KIMIA BUAH KLIMAKTERIK DAN BUAH NON KLIMAKTERIK SELAM A PENYIMPANAN"